Kamis, 07 Juni 2012

DUA SEJOLI

Ini sebuah kisah tentang kehidupan di kota besar, diambil dari kisah nyata.  Pada suatu hari seorang Pemuda yang hanya mempunyai uang pas-pasan, ingin menikahi seorang Gadis yang menjadi pujaan hatinya. Dengan tekad dan keberaniannya yang kuat, Pemuda tersebutpun melamar bersama Orang tuanya datang ke rumah si Gadis, setelah perbincangan antara dua keluarga selesai, Alhasil di terimalah si Pemuda menjadi calon menantu, dengan sangat gembira Pemuda dan orang tuapun kembali ke rumah untuk mulai merencanakan acara pernikahan.

Selang beberapa minggu kemudian bersama Orang tua si Pemuda datang ke tempat calon Mertuanya untuk melangsungkan akad nikah.
Pada usia Dua puluh lima tahun, menikahlah sang Pemuda dengan sang Gadis yang berumur Duapuluh tahun, lebih muda lima tahun dari si Pemuda. hingga akhirnya di sahkanlah mereka menjadi suami istri. Waktu terus berputar dengan ikatan pernikahan yang di ikrarkan dan dengan ikatan janji sehidup semati, kedua pasangan pun merajut kasih sayang penuh kebahagian atas tercapainya Doa' untuk hidup bersama.

Awal melalui hidup bersama sebagi suami istri, begitu terasa dunia milik mereka berdua. Walau hidupnya hanya berkecukupan, tanpa mengenal putus asa dan dengan niat sucinya, mereka saling mengisi atas kekurangan dan saling memahami di setiap kesalahan, keyakinannya menjadi semangat menjalani cinta tanpa merasa terbebani oleh himpitan ekonomi.

Bersama mimpinya untuk mewujudkan cita-cita berdua, hingga akhirnya merekapun merencanakan untuk mempunyai momongan layaknya keluarga yang lain. Dan kebahagiaan itu semakin terasa setelah tahu istrinya mengandung, sungguh suatu karunia yang luar biasa bagi mereka, saat proses kelahiran yang berjalan normal dan lancar, hingga lahirlah seorang bayi putra yang lucu, rasa syukur yang tiada terkira terlihat dari wajah mereka yang penuh kegembiraan, menyambut sang jabang bayi yang selama ini di nanti-nanti.

Bagi mereka berdua betapapun kerasnya hidup di Kota Besar akan terasa ringan dan mudah untuk di lalui, walau hidup dalam kemiskinan tetapi hati mereka kaya akan rasa syukur. Mereka selalu berdoa' dan berusaha dengan hati penuh ketenangan menjalani hidup, dan mereka gantungkan beribu harapannya hanya kepada Allah SWT. Karena setiap redzeki/ nikmat hidup  yang datang itu di sebabkan oleh total pengabdiannya kepada Allah bukan dari kesibukanya bekerja.

Mereka yakin bahwa Allah tidak akan memberi beban yang berat melampaui batas kemampuan hambanya, juga rasa percaya yang begitu besar untuk memasrahkan kehidupanya kepada sang Maha Kaya.

Pesan cerita ini adalah mengajak kita semua untuk selalu bersyukur, dan hendaklah Orang yang bergantung pada Allah, harus tenang hatinya dan tidak mudah goyah ketika memandang kenyataan.

2 komentar:

ocan mengatakan...

ini kayanya kisahnya mas iif ya

iifbralink mengatakan...

heheheeeee.....kalo boleh jujur iya,.minta saran donk bu,.baiknya if nulis apa bagi" ilmunya yaaa